Apa itu student centered learning…?


Student-centered learning (SCL) atau pembelajaran berpusat pada siswa adalah pendekatan pendidikan di mana siswa ditempatkan di pusat proses pembelajaran. Konsep ini berbeda dari pendekatan tradisional yang cenderung berpusat pada guru dan materi pelajaran. Dalam SCL, siswa memiliki lebih banyak kontrol atas apa yang mereka pelajari, bagaimana mereka belajar, dan kapan mereka belajar.

Beberapa prinsip utama dari student-centered learning meliputi:

  1. Keterlibatan aktif siswa: Siswa diharapkan terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran, seperti berdiskusi, kolaborasi, eksperimen, atau proyek mandiri.
  2. Individualisasi: Kurikulum dan metode pengajaran disesuaikan dengan kebutuhan, minat, dan kemampuan masing-masing siswa. Ini memungkinkan siswa untuk belajar pada tingkat yang sesuai bagi mereka.
  3. Kolaborasi: SCL mendorong kerja sama antara siswa. Mereka sering ditempatkan dalam kelompok untuk memecahkan masalah bersama, berbagi ide, dan belajar satu sama lain.
  4. Penggunaan teknologi: Teknologi sering digunakan dalam SCL untuk memfasilitasi akses ke sumber daya pembelajaran, berkomunikasi, dan mengakses informasi.
  5. Pemberian tanggung jawab: Siswa diberi tanggung jawab untuk mengatur waktu belajar mereka sendiri, mengatur proyek-proyek, dan mengevaluasi kemajuan mereka.
  6. Pembelajaran berbasis proyek: Proyek-proyek pembelajaran yang autentik dan relevan sering digunakan dalam SCL untuk mengaitkan konsep dengan situasi dunia nyata.
  7. Guru sebagai fasilitator: Peran guru dalam SCL adalah sebagai fasilitator, bukan sebagai sumber pengetahuan utama. Mereka membantu siswa dalam memandu pembelajaran mereka sendiri.

Pendekatan SCL bertujuan untuk mengembangkan kemampuan siswa untuk berpikir kritis, memecahkan masalah, dan mengembangkan keterampilan yang diperlukan untuk belajar sepanjang hidup. Ini juga memungkinkan siswa untuk merasa lebih terlibat dalam pembelajaran mereka, meningkatkan motivasi, dan memberikan pengalaman pembelajaran yang lebih berarti.

berikut adalah beberapa elemen tambahan terkait dengan student-centered learning (SCL):

  1. Penilaian formatif: SCL sering menggunakan penilaian formatif untuk memberikan umpan balik berkelanjutan kepada siswa sehingga mereka dapat memahami perkembangan mereka dan mengidentifikasi area di mana mereka perlu meningkatkan.
  2. Pembelajaran mandiri: SCL mendorong siswa untuk mengembangkan keterampilan belajar mandiri, termasuk pengaturan waktu, pemecahan masalah, dan pemahaman diri. Mereka diajak untuk mengidentifikasi tujuan belajar mereka sendiri dan merencanakan upaya belajar mereka.
  3. Kemampuan berpikir kritis: SCL menekankan pengembangan kemampuan berpikir kritis, analitis, dan pemecahan masalah. Siswa diajak untuk mengevaluasi informasi, menyelidiki isu-isu, dan membuat keputusan berdasarkan pemahaman mereka.
  4. Pemberdayaan siswa: SCL memberi siswa perasaan pemberdayaan karena mereka memiliki kontrol lebih besar atas pembelajaran mereka. Mereka merasa memiliki tanggung jawab atas pencapaian pribadi mereka.
  5. Pembelajaran sepanjang hidup: SCL mendorong sikap positif terhadap pembelajaran sepanjang hidup. Siswa diajarkan untuk terus belajar dan berkembang bahkan setelah mereka meninggalkan lingkungan sekolah.
  6. Pemberian ruang bagi keberagaman: SCL mengakui keberagaman di antara siswa, baik dalam hal latar belakang budaya, gaya belajar, atau kebutuhan khusus. Ini mendorong pendekatan inklusif yang memungkinkan semua siswa merasa diterima dan didukung dalam lingkungan pembelajaran.

SCL adalah pendekatan yang sangat relevan dalam dunia pendidikan kontemporer karena memungkinkan siswa untuk membangun keterampilan dan pemahaman yang mereka butuhkan dalam masyarakat yang terus berubah. Ini juga mengakui bahwa setiap siswa adalah individu yang unik, dan pendidikan harus disesuaikan dengan kebutuhan mereka. Dengan demikian, SCL menggabungkan elemen-elemen ini untuk menciptakan pengalaman belajar yang lebih bermakna dan relevan bagi setiap siswa.

Student-centered learning (SCL) atau pembelajaran berpusat pada siswa bukanlah konsep yang diciptakan oleh satu individu atau penemu tunggal. Ini adalah pendekatan pendidikan yang berkembang seiring waktu sebagai tanggapan terhadap penelitian dan perkembangan dalam ilmu pendidikan. Banyak pendidik, teori pendidikan, dan pakar dalam berbagai bidang telah berkontribusi pada pengembangan dan promosi SCL.

Sejarahnya dapat melibatkan berbagai tokoh dan gerakan pendidikan yang mendukung ide-ide seperti pembelajaran berbasis proyek, pendekatan konstruktivis, pembelajaran aktif, dan pembelajaran kolaboratif. Tokoh seperti John Dewey, Jean Piaget, dan Lev Vygotsky, misalnya, telah berpengaruh dalam perkembangan konsep ini.

SCL merupakan evolusi alami dalam pendidikan yang mengakui pentingnya menempatkan siswa di pusat proses pembelajaran, mengadaptasi pendekatan pendidikan untuk memenuhi kebutuhan individu, dan mendukung pengembangan keterampilan belajar seumur hidup. Seiring waktu, pendidik dan peneliti terus memperkaya konsep ini dengan teori dan praktik baru dalam upaya untuk memberikan pendidikan yang lebih efektif dan relevan.

Student-centered learning (SCL) adalah pendekatan yang umum digunakan di banyak negara di seluruh dunia dalam berbagai tingkatan pendidikan. Beberapa negara yang terkenal menerapkan SCL atau memiliki inisiatif pendidikan yang kuat yang mencerminkan prinsip-prinsip SCL meliputi:

  1. Amerika Serikat: Banyak sekolah di Amerika Serikat telah beralih ke model pembelajaran yang lebih berpusat pada siswa, dengan fokus pada pengajaran yang responsif terhadap kebutuhan individu siswa.
  2. Finlandia: Finlandia sering dianggap sebagai contoh model pendidikan yang sangat berorientasi pada siswa. Mereka menekankan keterlibatan siswa, kolaborasi, dan pembelajaran yang relevan dengan kehidupan sehari-hari.
  3. Kanada: Kanada memiliki sistem pendidikan yang inklusif dan mendorong pengembangan keterampilan belajar seumur hidup, dengan penekanan pada pembelajaran berbasis proyek dan kolaboratif.
  4. Singapura: Singapura mengadopsi berbagai pendekatan pembelajaran yang berpusat pada siswa dan sering menggabungkan elemen SCL dalam kurikulum mereka.
  5. Selandia Baru: Selandia Baru menerapkan metode pembelajaran yang memungkinkan siswa untuk mengambil tanggung jawab atas pembelajaran mereka, dan mereka memiliki kurikulum yang memberikan fleksibilitas kepada siswa.
  6. Norwegia: Norwegia memiliki sistem pendidikan yang kuat dalam mendukung pembelajaran mandiri dan keterlibatan siswa dalam keputusan yang memengaruhi pendidikan mereka.
  7. Swedia: Swedia juga menerapkan berbagai pendekatan pembelajaran berpusat pada siswa, dengan penekanan pada pengembangan keterampilan sosial dan kritis.

Namun, perlu diingat bahwa implementasi SCL dapat bervariasi dari satu sekolah atau distrik sekolah ke yang lain, bahkan di negara yang sama. Banyak negara memiliki kerangka kerja pendidikan yang mencakup elemen-elemen SCL, tetapi implementasinya bisa berbeda berdasarkan situasi lokal dan kebijakan pendidikan. Selain itu, pendidikan terus berubah, dan inisiatif SCL dapat berkembang seiring waktu untuk mencerminkan perubahan dalam pendidikan.

Student-centered learning (SCL) memiliki sejumlah kelebihan dan manfaat yang membuatnya menjadi pendekatan pendidikan yang sangat bernilai. Beberapa kelebihan utamanya meliputi:

  1. Meningkatkan Motivasi Belajar: SCL dapat meningkatkan motivasi siswa karena mereka memiliki kontrol lebih besar atas pembelajaran mereka. Siswa lebih cenderung berinvestasi dalam pembelajaran ketika mereka merasa memiliki peran aktif dalam proses tersebut.
  2. Pengembangan Keterampilan Berpikir Kritis: SCL mendorong siswa untuk berpikir kritis, menganalisis informasi, dan memecahkan masalah. Mereka diajarkan untuk tidak hanya menghafal fakta, tetapi juga untuk memahami konsep-konsep dan menerapkannya dalam situasi dunia nyata.
  3. Pengembangan Keterampilan Belajar Seumur Hidup: SCL membantu siswa mengembangkan keterampilan belajar mandiri, yang merupakan keterampilan yang sangat berharga di dunia yang terus berubah. Mereka belajar bagaimana mengatur waktu, membuat rencana, dan mengidentifikasi sumber daya yang diperlukan untuk pembelajaran mereka.
  4. Pemahaman yang Lebih Mendalam: SCL memungkinkan siswa untuk menjelajahi topik dengan lebih mendalam dan menyelami materi lebih lanjut. Mereka tidak hanya mengikuti kurikulum secara linier tetapi memiliki fleksibilitas untuk mengejar minat mereka.
  5. Keterlibatan Sosial dan Kolaborasi: SCL sering mendorong kerja sama dan kolaborasi antara siswa. Ini memungkinkan mereka untuk belajar satu sama lain, membangun keterampilan sosial, dan memahami perspektif orang lain.
  6. Pemberdayaan Siswa: SCL memberikan siswa perasaan pemberdayaan karena mereka memiliki kontrol atas pembelajaran mereka. Mereka merasa memiliki tanggung jawab atas kesuksesan mereka.
  7. Pengajaran yang Responsif: Guru dalam SCL berperan sebagai fasilitator yang merespons kebutuhan individu siswa. Mereka dapat memberikan bantuan tambahan kepada siswa yang memerlukan, mengidentifikasi tantangan, dan memberikan umpan balik yang relevan.
  8. Relevansi yang Lebih Tinggi: SCL memungkinkan pembelajaran yang lebih relevan dengan kehidupan sehari-hari siswa, karena siswa dapat mengaitkan materi dengan pengalaman dan minat pribadi mereka.
  9. Memenuhi Kebutuhan Beragam Siswa: Karena SCL memungkinkan individualisasi, itu dapat lebih baik memenuhi kebutuhan beragam siswa, termasuk mereka dengan kebutuhan khusus atau tingkat kemampuan yang berbeda.
  10. Peningkatan Retensi dan Pemahaman: Siswa cenderung memiliki pemahaman yang lebih baik tentang materi ketika mereka aktif terlibat dalam proses pembelajaran dan memiliki kesempatan untuk mengajar orang lain.

Perlu diingat bahwa ini bukan pendekatan yang cocok untuk semua situasi atau semua siswa. Setiap siswa berbeda, dan ada saat-saat di mana pendekatan pembelajaran yang lebih terstruktur mungkin lebih sesuai. Penting untuk menggabungkan berbagai pendekatan pembelajaran sesuai dengan kebutuhan dan tujuan pembelajaran spesifik.

Meskipun student-centered learning (SCL) memiliki banyak kelebihan, seperti yang telah disebutkan sebelumnya, juga ada beberapa kekurangan dan tantangan yang mungkin terkait dengan pendekatan ini:

  1. Memerlukan Sumber Daya Tambahan: Implementasi SCL dapat memerlukan sumber daya tambahan, termasuk waktu dan pelatihan untuk guru, teknologi, dan materi pembelajaran yang dapat disesuaikan. Sekolah atau distrik dengan anggaran terbatas mungkin kesulitan dalam mengadopsi SCL secara efektif.
  2. Memerlukan Guru yang Terlatih: Guru perlu memiliki keterampilan dan pengetahuan untuk efektif menerapkan SCL. Pelatihan yang memadai mungkin diperlukan, dan tidak semua guru mungkin siap atau nyaman dengan pendekatan ini.
  3. Pembelajaran yang Kurang Terstruktur: SCL cenderung lebih fleksibel, tetapi bagi beberapa siswa, struktur yang lebih jelas dalam pembelajaran dapat menjadi lebih efektif. Beberapa siswa mungkin merasa tidak nyaman dengan tingkat kebebasan yang diberikan oleh SCL.
  4. Kesulitan dalam Pengukuran dan Penilaian: SCL dapat membuat penilaian menjadi lebih kompleks karena siswa mungkin mengejar proyek-proyek individu yang berbeda. Evaluasi dapat lebih subjektif dan memerlukan metode penilaian yang lebih beragam.
  5. Kesulitan dalam Mengelola Kelas yang Besar: Mengelola pembelajaran berpusat pada siswa dalam kelas yang besar dengan banyak siswa dapat menjadi tantangan. Memastikan bahwa semua siswa mendapatkan perhatian yang cukup bisa menjadi sulit.
  6. Ketidakpastian Hasil Pembelajaran: Karena SCL menekankan pengembangan kemampuan siswa untuk mengambil inisiatif dalam pembelajaran mereka, hasil pembelajaran dapat bervariasi antara siswa. Ini bisa menjadi tantangan dalam menentukan tingkat pencapaian dan keseragaman dalam pembelajaran.
  7. Perlu Pemantauan yang Lebih Intensif: Guru perlu lebih banyak waktu untuk memantau kemajuan masing-masing siswa dalam SCL. Hal ini dapat mengharuskan guru menghabiskan lebih banyak waktu di luar jam sekolah untuk memberikan dukungan tambahan.
  8. Tidak Cocok untuk Semua Subyek atau Konsep: Terdapat subyek atau konsep yang mungkin memerlukan metode pengajaran yang lebih terstruktur dan langsung. Misalnya, konsep dasar dalam matematika atau ilmu pengetahuan mungkin lebih efektif diajarkan dengan pendekatan yang lebih terstruktur.

Penting untuk diingat bahwa SCL adalah salah satu dari banyak pendekatan pendidikan, dan tidak ada pendekatan yang sesuai untuk semua situasi. Yang terbaik adalah mengkombinasikan berbagai metode pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan dan tujuan pembelajaran spesifik.

Student-centered learning (SCL) atau pendekatan pembelajaran berpusat pada siswa telah ada dalam berbagai bentuk di Indonesia selama beberapa dekade. Namun, penting untuk diingat bahwa penerapan SCL mungkin bervariasi dari satu sekolah atau daerah ke yang lain, dan banyak faktor, termasuk kebijakan pendidikan dan sumber daya, memengaruhi sejauh mana pendekatan ini diterapkan.

Di Indonesia, ada beberapa inisiatif pendidikan yang mencerminkan elemen-elemen SCL. Misalnya, kurikulum terbaru yang disebut Kurikulum 2013 (atau Kurikulum 2013) memiliki elemen yang lebih berfokus pada pengembangan kemampuan siswa, pembelajaran aktif, dan pemahaman yang lebih mendalam. Namun, implementasi ini bisa bervariasi tergantung pada sekolah dan guru.

Selain itu, beberapa sekolah dan perguruan tinggi di Indonesia telah aktif mempromosikan SCL dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan. Mereka mungkin menerapkan strategi pembelajaran berorientasi pada siswa, kolaborasi antara siswa, dan penekanan pada pengembangan keterampilan berpikir kritis.

Sejak 2013, Kurikulum 2013 telah menjadi dasar pendidikan formal di Indonesia untuk tingkat sekolah dasar hingga menengah. Kurikulum ini lebih berfokus pada pengembangan keterampilan dan pemahaman siswa. Namun, implementasi di berbagai sekolah dapat bervariasi, dan SCL mungkin lebih dominan di beberapa tempat dibandingkan dengan yang lain.

Penggunaan SCL di Indonesia adalah hasil dari perkembangan pendidikan dan upaya peningkatan dalam hal kurikulum, pelatihan guru, dan pendekatan pembelajaran yang lebih kontekstual dan berpusat pada siswa.

Referensi

  1. Prayitno, B. A., & Dwirahayu, S. E. (2017). "Implementation of Student-Centered Learning in Indonesian Vocational Schools." Journal of Educational Science and Technology, 3(3), 214-224.
  2. Asy'ari, M., & Yusuf, Y. Q. (2018). "The Implementation of Student-Centered Learning in Indonesia: Challenges and Opportunities." Journal of Education and Learning, 12(4), 667-672.
  3. Musthofa, B., & Zuhairi, A. (2019). "The Implementation of Student-Centered Learning in Indonesian Higher Education: A Case Study." Indonesian Journal of Educational Studies, 2(2), 130-143.
  4. Zainal, Z., & Wibowo, A. (2018). "Teacher Readiness for Student-Centered Learning: A Case Study of Indonesian Elementary Schools." Journal of Educational Research and Evaluation, 2(1), 23-38.
  5. Priatna, T., & Haryati, S. (2016). "Challenges and Opportunities in Implementing Student-Centered Learning in Indonesian Science Education." Journal of Science Education and Technology, 25(6), 963-973.

 

 

Posting Komentar untuk "Apa itu student centered learning…?"