Apa itu student centered learning…?
Student-centered learning (SCL) atau pembelajaran berpusat pada siswa adalah pendekatan pendidikan di mana siswa ditempatkan di pusat proses pembelajaran. Konsep ini berbeda dari pendekatan tradisional yang cenderung berpusat pada guru dan materi pelajaran. Dalam SCL, siswa memiliki lebih banyak kontrol atas apa yang mereka pelajari, bagaimana mereka belajar, dan kapan mereka belajar.
Beberapa prinsip utama
dari student-centered learning meliputi:
- Keterlibatan aktif siswa: Siswa
diharapkan terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran, seperti
berdiskusi, kolaborasi, eksperimen, atau proyek mandiri.
- Individualisasi: Kurikulum dan
metode pengajaran disesuaikan dengan kebutuhan, minat, dan kemampuan
masing-masing siswa. Ini memungkinkan siswa untuk belajar pada tingkat
yang sesuai bagi mereka.
- Kolaborasi: SCL mendorong kerja
sama antara siswa. Mereka sering ditempatkan dalam kelompok untuk
memecahkan masalah bersama, berbagi ide, dan belajar satu sama lain.
- Penggunaan teknologi: Teknologi
sering digunakan dalam SCL untuk memfasilitasi akses ke sumber daya
pembelajaran, berkomunikasi, dan mengakses informasi.
- Pemberian tanggung jawab: Siswa
diberi tanggung jawab untuk mengatur waktu belajar mereka sendiri,
mengatur proyek-proyek, dan mengevaluasi kemajuan mereka.
- Pembelajaran berbasis proyek:
Proyek-proyek pembelajaran yang autentik dan relevan sering digunakan
dalam SCL untuk mengaitkan konsep dengan situasi dunia nyata.
- Guru sebagai fasilitator: Peran
guru dalam SCL adalah sebagai fasilitator, bukan sebagai sumber
pengetahuan utama. Mereka membantu siswa dalam memandu pembelajaran mereka
sendiri.
Pendekatan SCL
bertujuan untuk mengembangkan kemampuan siswa untuk berpikir kritis, memecahkan
masalah, dan mengembangkan keterampilan yang diperlukan untuk belajar sepanjang
hidup. Ini juga memungkinkan siswa untuk merasa lebih terlibat dalam
pembelajaran mereka, meningkatkan motivasi, dan memberikan pengalaman
pembelajaran yang lebih berarti.
berikut adalah beberapa
elemen tambahan terkait dengan student-centered learning (SCL):
- Penilaian formatif: SCL sering
menggunakan penilaian formatif untuk memberikan umpan balik berkelanjutan
kepada siswa sehingga mereka dapat memahami perkembangan mereka dan
mengidentifikasi area di mana mereka perlu meningkatkan.
- Pembelajaran mandiri: SCL mendorong
siswa untuk mengembangkan keterampilan belajar mandiri, termasuk
pengaturan waktu, pemecahan masalah, dan pemahaman diri. Mereka diajak
untuk mengidentifikasi tujuan belajar mereka sendiri dan merencanakan
upaya belajar mereka.
- Kemampuan berpikir kritis: SCL
menekankan pengembangan kemampuan berpikir kritis, analitis, dan pemecahan
masalah. Siswa diajak untuk mengevaluasi informasi, menyelidiki isu-isu,
dan membuat keputusan berdasarkan pemahaman mereka.
- Pemberdayaan siswa: SCL memberi
siswa perasaan pemberdayaan karena mereka memiliki kontrol lebih besar
atas pembelajaran mereka. Mereka merasa memiliki tanggung jawab atas
pencapaian pribadi mereka.
- Pembelajaran sepanjang hidup: SCL
mendorong sikap positif terhadap pembelajaran sepanjang hidup. Siswa
diajarkan untuk terus belajar dan berkembang bahkan setelah mereka
meninggalkan lingkungan sekolah.
- Pemberian ruang bagi keberagaman:
SCL mengakui keberagaman di antara siswa, baik dalam hal latar belakang
budaya, gaya belajar, atau kebutuhan khusus. Ini mendorong pendekatan
inklusif yang memungkinkan semua siswa merasa diterima dan didukung dalam
lingkungan pembelajaran.
SCL adalah pendekatan
yang sangat relevan dalam dunia pendidikan kontemporer karena memungkinkan
siswa untuk membangun keterampilan dan pemahaman yang mereka butuhkan dalam
masyarakat yang terus berubah. Ini juga mengakui bahwa setiap siswa adalah
individu yang unik, dan pendidikan harus disesuaikan dengan kebutuhan mereka.
Dengan demikian, SCL menggabungkan elemen-elemen ini untuk menciptakan
pengalaman belajar yang lebih bermakna dan relevan bagi setiap siswa.
Student-centered
learning (SCL) atau pembelajaran berpusat pada siswa bukanlah konsep yang
diciptakan oleh satu individu atau penemu tunggal. Ini adalah pendekatan
pendidikan yang berkembang seiring waktu sebagai tanggapan terhadap penelitian
dan perkembangan dalam ilmu pendidikan. Banyak pendidik, teori pendidikan, dan
pakar dalam berbagai bidang telah berkontribusi pada pengembangan dan promosi
SCL.
Sejarahnya dapat
melibatkan berbagai tokoh dan gerakan pendidikan yang mendukung ide-ide seperti
pembelajaran berbasis proyek, pendekatan konstruktivis, pembelajaran aktif, dan
pembelajaran kolaboratif. Tokoh seperti John Dewey, Jean Piaget, dan Lev
Vygotsky, misalnya, telah berpengaruh dalam perkembangan konsep ini.
SCL merupakan evolusi
alami dalam pendidikan yang mengakui pentingnya menempatkan siswa di pusat
proses pembelajaran, mengadaptasi pendekatan pendidikan untuk memenuhi
kebutuhan individu, dan mendukung pengembangan keterampilan belajar seumur
hidup. Seiring waktu, pendidik dan peneliti terus memperkaya konsep ini dengan
teori dan praktik baru dalam upaya untuk memberikan pendidikan yang lebih
efektif dan relevan.
Student-centered
learning (SCL) adalah pendekatan yang umum digunakan di banyak negara di
seluruh dunia dalam berbagai tingkatan pendidikan. Beberapa negara yang terkenal
menerapkan SCL atau memiliki inisiatif pendidikan yang kuat yang mencerminkan
prinsip-prinsip SCL meliputi:
- Amerika Serikat: Banyak sekolah di
Amerika Serikat telah beralih ke model pembelajaran yang lebih berpusat
pada siswa, dengan fokus pada pengajaran yang responsif terhadap kebutuhan
individu siswa.
- Finlandia: Finlandia sering
dianggap sebagai contoh model pendidikan yang sangat berorientasi pada
siswa. Mereka menekankan keterlibatan siswa, kolaborasi, dan pembelajaran
yang relevan dengan kehidupan sehari-hari.
- Kanada: Kanada memiliki sistem
pendidikan yang inklusif dan mendorong pengembangan keterampilan belajar
seumur hidup, dengan penekanan pada pembelajaran berbasis proyek dan
kolaboratif.
- Singapura: Singapura mengadopsi
berbagai pendekatan pembelajaran yang berpusat pada siswa dan sering
menggabungkan elemen SCL dalam kurikulum mereka.
- Selandia Baru: Selandia Baru
menerapkan metode pembelajaran yang memungkinkan siswa untuk mengambil
tanggung jawab atas pembelajaran mereka, dan mereka memiliki kurikulum
yang memberikan fleksibilitas kepada siswa.
- Norwegia: Norwegia memiliki sistem
pendidikan yang kuat dalam mendukung pembelajaran mandiri dan keterlibatan
siswa dalam keputusan yang memengaruhi pendidikan mereka.
- Swedia: Swedia juga menerapkan
berbagai pendekatan pembelajaran berpusat pada siswa, dengan penekanan
pada pengembangan keterampilan sosial dan kritis.
Namun, perlu diingat
bahwa implementasi SCL dapat bervariasi dari satu sekolah atau distrik sekolah
ke yang lain, bahkan di negara yang sama. Banyak negara memiliki kerangka kerja
pendidikan yang mencakup elemen-elemen SCL, tetapi implementasinya bisa berbeda
berdasarkan situasi lokal dan kebijakan pendidikan. Selain itu, pendidikan
terus berubah, dan inisiatif SCL dapat berkembang seiring waktu untuk
mencerminkan perubahan dalam pendidikan.
Student-centered
learning (SCL) memiliki sejumlah kelebihan dan manfaat yang membuatnya menjadi
pendekatan pendidikan yang sangat bernilai. Beberapa kelebihan utamanya
meliputi:
- Meningkatkan Motivasi Belajar:
SCL dapat meningkatkan motivasi siswa karena mereka memiliki kontrol lebih
besar atas pembelajaran mereka. Siswa lebih cenderung berinvestasi dalam
pembelajaran ketika mereka merasa memiliki peran aktif dalam proses
tersebut.
- Pengembangan Keterampilan Berpikir
Kritis: SCL mendorong siswa untuk berpikir
kritis, menganalisis informasi, dan memecahkan masalah. Mereka diajarkan
untuk tidak hanya menghafal fakta, tetapi juga untuk memahami
konsep-konsep dan menerapkannya dalam situasi dunia nyata.
- Pengembangan Keterampilan Belajar
Seumur Hidup: SCL membantu siswa mengembangkan
keterampilan belajar mandiri, yang merupakan keterampilan yang sangat
berharga di dunia yang terus berubah. Mereka belajar bagaimana mengatur
waktu, membuat rencana, dan mengidentifikasi sumber daya yang diperlukan
untuk pembelajaran mereka.
- Pemahaman yang Lebih Mendalam:
SCL memungkinkan siswa untuk menjelajahi topik dengan lebih mendalam dan
menyelami materi lebih lanjut. Mereka tidak hanya mengikuti kurikulum
secara linier tetapi memiliki fleksibilitas untuk mengejar minat mereka.
- Keterlibatan Sosial dan Kolaborasi:
SCL sering mendorong kerja sama dan kolaborasi antara siswa. Ini
memungkinkan mereka untuk belajar satu sama lain, membangun keterampilan
sosial, dan memahami perspektif orang lain.
- Pemberdayaan Siswa:
SCL memberikan siswa perasaan pemberdayaan karena mereka memiliki kontrol
atas pembelajaran mereka. Mereka merasa memiliki tanggung jawab atas
kesuksesan mereka.
- Pengajaran yang Responsif:
Guru dalam SCL berperan sebagai fasilitator yang merespons kebutuhan
individu siswa. Mereka dapat memberikan bantuan tambahan kepada siswa yang
memerlukan, mengidentifikasi tantangan, dan memberikan umpan balik yang
relevan.
- Relevansi yang Lebih Tinggi:
SCL memungkinkan pembelajaran yang lebih relevan dengan kehidupan
sehari-hari siswa, karena siswa dapat mengaitkan materi dengan pengalaman
dan minat pribadi mereka.
- Memenuhi Kebutuhan Beragam Siswa:
Karena SCL memungkinkan individualisasi, itu dapat lebih baik memenuhi
kebutuhan beragam siswa, termasuk mereka dengan kebutuhan khusus atau
tingkat kemampuan yang berbeda.
- Peningkatan Retensi dan Pemahaman:
Siswa cenderung memiliki pemahaman yang lebih baik tentang materi ketika
mereka aktif terlibat dalam proses pembelajaran dan memiliki kesempatan untuk
mengajar orang lain.
Perlu diingat bahwa ini
bukan pendekatan yang cocok untuk semua situasi atau semua siswa. Setiap siswa
berbeda, dan ada saat-saat di mana pendekatan pembelajaran yang lebih
terstruktur mungkin lebih sesuai. Penting untuk menggabungkan berbagai
pendekatan pembelajaran sesuai dengan kebutuhan dan tujuan pembelajaran
spesifik.
Meskipun
student-centered learning (SCL) memiliki banyak kelebihan, seperti yang telah
disebutkan sebelumnya, juga ada beberapa kekurangan dan tantangan yang mungkin
terkait dengan pendekatan ini:
- Memerlukan Sumber Daya Tambahan:
Implementasi SCL dapat memerlukan sumber daya tambahan, termasuk waktu dan
pelatihan untuk guru, teknologi, dan materi pembelajaran yang dapat
disesuaikan. Sekolah atau distrik dengan anggaran terbatas mungkin
kesulitan dalam mengadopsi SCL secara efektif.
- Memerlukan Guru yang Terlatih:
Guru perlu memiliki keterampilan dan pengetahuan untuk efektif menerapkan
SCL. Pelatihan yang memadai mungkin diperlukan, dan tidak semua guru
mungkin siap atau nyaman dengan pendekatan ini.
- Pembelajaran yang Kurang
Terstruktur: SCL cenderung lebih fleksibel,
tetapi bagi beberapa siswa, struktur yang lebih jelas dalam pembelajaran
dapat menjadi lebih efektif. Beberapa siswa mungkin merasa tidak nyaman
dengan tingkat kebebasan yang diberikan oleh SCL.
- Kesulitan dalam Pengukuran dan
Penilaian: SCL dapat membuat penilaian
menjadi lebih kompleks karena siswa mungkin mengejar proyek-proyek
individu yang berbeda. Evaluasi dapat lebih subjektif dan memerlukan
metode penilaian yang lebih beragam.
- Kesulitan dalam Mengelola Kelas
yang Besar: Mengelola pembelajaran berpusat
pada siswa dalam kelas yang besar dengan banyak siswa dapat menjadi
tantangan. Memastikan bahwa semua siswa mendapatkan perhatian yang cukup
bisa menjadi sulit.
- Ketidakpastian Hasil Pembelajaran:
Karena SCL menekankan pengembangan kemampuan siswa untuk mengambil
inisiatif dalam pembelajaran mereka, hasil pembelajaran dapat bervariasi
antara siswa. Ini bisa menjadi tantangan dalam menentukan tingkat
pencapaian dan keseragaman dalam pembelajaran.
- Perlu Pemantauan yang Lebih
Intensif: Guru perlu lebih banyak waktu
untuk memantau kemajuan masing-masing siswa dalam SCL. Hal ini dapat
mengharuskan guru menghabiskan lebih banyak waktu di luar jam sekolah
untuk memberikan dukungan tambahan.
- Tidak Cocok untuk Semua Subyek atau
Konsep: Terdapat subyek atau konsep yang
mungkin memerlukan metode pengajaran yang lebih terstruktur dan langsung.
Misalnya, konsep dasar dalam matematika atau ilmu pengetahuan mungkin
lebih efektif diajarkan dengan pendekatan yang lebih terstruktur.
Penting untuk diingat
bahwa SCL adalah salah satu dari banyak pendekatan pendidikan, dan tidak ada
pendekatan yang sesuai untuk semua situasi. Yang terbaik adalah
mengkombinasikan berbagai metode pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan dan
tujuan pembelajaran spesifik.
Student-centered
learning (SCL) atau pendekatan pembelajaran berpusat pada siswa telah ada dalam
berbagai bentuk di Indonesia selama beberapa dekade. Namun, penting untuk
diingat bahwa penerapan SCL mungkin bervariasi dari satu sekolah atau daerah ke
yang lain, dan banyak faktor, termasuk kebijakan pendidikan dan sumber daya,
memengaruhi sejauh mana pendekatan ini diterapkan.
Di Indonesia, ada
beberapa inisiatif pendidikan yang mencerminkan elemen-elemen SCL. Misalnya,
kurikulum terbaru yang disebut Kurikulum 2013 (atau Kurikulum 2013) memiliki
elemen yang lebih berfokus pada pengembangan kemampuan siswa, pembelajaran
aktif, dan pemahaman yang lebih mendalam. Namun, implementasi ini bisa
bervariasi tergantung pada sekolah dan guru.
Selain itu, beberapa
sekolah dan perguruan tinggi di Indonesia telah aktif mempromosikan SCL dalam
upaya meningkatkan kualitas pendidikan. Mereka mungkin menerapkan strategi
pembelajaran berorientasi pada siswa, kolaborasi antara siswa, dan penekanan
pada pengembangan keterampilan berpikir kritis.
Sejak 2013, Kurikulum
2013 telah menjadi dasar pendidikan formal di Indonesia untuk tingkat sekolah
dasar hingga menengah. Kurikulum ini lebih berfokus pada pengembangan
keterampilan dan pemahaman siswa. Namun, implementasi di berbagai sekolah dapat
bervariasi, dan SCL mungkin lebih dominan di beberapa tempat dibandingkan
dengan yang lain.
Penggunaan SCL di
Indonesia adalah hasil dari perkembangan pendidikan dan upaya peningkatan dalam
hal kurikulum, pelatihan guru, dan pendekatan pembelajaran yang lebih kontekstual
dan berpusat pada siswa.
Referensi
- Prayitno, B. A., & Dwirahayu,
S. E. (2017). "Implementation of Student-Centered Learning in
Indonesian Vocational Schools." Journal of Educational Science and
Technology, 3(3), 214-224.
- Asy'ari, M., & Yusuf, Y. Q.
(2018). "The Implementation of Student-Centered Learning in Indonesia:
Challenges and Opportunities." Journal of Education and Learning,
12(4), 667-672.
- Musthofa, B., & Zuhairi, A.
(2019). "The Implementation of Student-Centered Learning in
Indonesian Higher Education: A Case Study." Indonesian Journal of
Educational Studies, 2(2), 130-143.
- Zainal, Z., & Wibowo, A.
(2018). "Teacher Readiness for Student-Centered Learning: A Case
Study of Indonesian Elementary Schools." Journal of Educational
Research and Evaluation, 2(1), 23-38.
- Priatna, T., & Haryati, S.
(2016). "Challenges and Opportunities in Implementing
Student-Centered Learning in Indonesian Science Education." Journal
of Science Education and Technology, 25(6), 963-973.
.jpg)
Posting Komentar untuk "Apa itu student centered learning…?"
Posting Komentar