Teori-Teori dalam Motor Learning
Motor learning dalam olahraga didasarkan pada berbagai teori yang menjelaskan bagaimana seseorang memperoleh, mengembangkan, dan menyempurnakan keterampilan motorik. beberapa teori utama dalam motor learning:
1.
Teori Schmidt’s Schema (Schema Theory)
Dikembangkan oleh: Richard Schmidt (1975)
Konsep Utama:
- Individu mengembangkan skema motorik berdasarkan
pengalaman dan latihan.
- Saat melakukan gerakan baru, individu membandingkannya
dengan skema sebelumnya untuk menghasilkan gerakan yang lebih efektif.
- Semakin banyak variasi latihan, semakin baik kemampuan
adaptasi seseorang terhadap situasi baru.
Contoh:
- Pemain sepak bola yang sering menendang bola dari
berbagai posisi akan lebih mudah menyesuaikan diri saat menendang di
situasi pertandingan yang berbeda.
2.
Teori Closed-Loop dan Open-Loop
Dikembangkan oleh: Jack A. Adams (1971)
a.
Closed-Loop Theory
- Menggunakan umpan balik (feedback) untuk mengontrol dan
memperbaiki gerakan selama proses berlangsung.
- Cocok untuk gerakan yang lambat dan akurat.
Contoh:
- Seorang pemanah mengoreksi postur dan bidikan
berdasarkan umpan balik dari tembakan sebelumnya.
b.
Open-Loop Theory
- Gerakan dilakukan tanpa banyak umpan balik langsung
karena terlalu cepat untuk dikoreksi saat eksekusi.
- Cocok untuk gerakan cepat dan otomatis.
Contoh:
- Seorang pemain tenis melakukan servis cepat tanpa perlu
mengoreksi gerakan saat bola sudah terlepas.
3.
Teori Ecological (Ecological Theory)
Dikembangkan oleh: Karl Newell (1986)
Konsep Utama:
- Motor learning terjadi karena interaksi antara
individu, tugas, dan lingkungan.
- Perubahan dalam lingkungan latihan membantu atlet
menemukan solusi gerakan yang paling efektif.
Contoh:
- Pelari maraton berlatih di berbagai jenis medan (aspal,
pasir, bukit) untuk menyesuaikan diri dengan kondisi balapan yang berbeda.
4.
Teori Dynamical Systems (Dynamic Systems Theory)
Dikembangkan oleh: Kugler, Kelso, & Turvey (1982)
Konsep Utama:
- Gerakan dihasilkan oleh koordinasi antara berbagai
sistem dalam tubuh (otot, sendi, saraf).
- Tidak ada satu pola gerakan yang ideal, tetapi atlet
harus menemukan strategi yang paling cocok untuk tubuh mereka.
Contoh:
- Setiap perenang memiliki teknik unik dalam gaya bebas
yang disesuaikan dengan struktur tubuh dan kekuatan otot mereka.
5.
Teori Stages of Motor Learning (Tahapan Belajar Motorik)
Dikembangkan oleh: Fitts & Posner (1967)
Konsep Utama:
Motor learning terjadi dalam tiga tahap utama:
- Cognitive Stage (Tahap Kognitif) – Atlet belajar gerakan baru dengan banyak kesalahan.
- Associative Stage (Tahap Asosiatif) – Gerakan lebih halus, tetapi masih perlu perbaikan.
- Autonomous Stage (Tahap Otonom) – Gerakan menjadi otomatis dan dapat dilakukan tanpa
berpikir.
Contoh:
- Seorang pemula dalam bulu tangkis kesulitan mengayun
raket dengan benar (Cognitive Stage), tetapi setelah latihan rutin,
gerakannya semakin akurat (Associative Stage), dan akhirnya bisa bermain
secara intuitif tanpa berpikir banyak (Autonomous Stage).

Posting Komentar untuk "Teori-Teori dalam Motor Learning"
Posting Komentar